TIGA KARYA BUDAYA TANJUNGPINANG DITETAPKAN SEBAGAI WARISAN BUDAYA TAKBENDA INDONESIA 2024BERITA LAINNYA

Kota Tanjungpinang - Tiga karya budaya dari Kota Tanjungpinang resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia Tahun 2024.



Penetapan ini diumumkan dalam Sidang Penetapan WBTb Indonesia 2024, yang digelar Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, pada Kamis, 22 Agustus 2024, di Holiday Inn & Suites Jakarta Gajah Mada, Jakarta Barat.



Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri, melalui Kepala Bidang Adat Tradisi, Nilai Budaya, dan Kesenian, Dewi Kristina Sinaga, menjelaskan, dari empat karya budaya yang diusulkan, tiga di antaranya berhasil direkomendasikan untuk ditetapkan sebagai WBTb Indonesia tahun 2024.



Karya budaya yang mendapat penetapan tersebut adalah Sampan Apolo, Baju Belah Bentan, dan Baju Pesak Enam.



“Satu usulan lainnya, yaitu Air Dohot, belum berhasil mendapatkan rekomendasi untuk ditetapkan sebagai WBTb,” kata Dewi, Jum'at (23/8/2028).



Keberhasilan ini tidak terlepas dari dedikasi para maestro yang terus menjaga dan melestarikan warisan budaya daerah. 



Sampan Apolo, simbol kekayaan maritim Tanjungpinang, dilestarikan oleh maestro Syafaruddin, yang juga menjabat sebagai Pamong Budaya Ahli Madya di Disbudpar Kota Tanjungpinang. 



Sementara itu, Baju Belah Bentan dan Baju Pesak Enam, yang merupakan pakaian tradisional khas Tanjungpinang, dijaga keasliannya oleh maestro Raja Suzanna Fitri. 



Dewi berharap penetapan tiga karya budaya ini akan semakin memotivasi masyarakat Tanjungpinang untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya, serta memperkuat identitas budaya Tanjungpinang di tingkat nasional.



“Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung proses penetapan WBTb ini,” ujarnya.



Syafaruddin menyampaikan rasa syukurnya atas penetapan ini dan berharap agar generasi muda Tanjungpinang dapat terus melestarikan warisan budaya ini. 



“Ini adalah pengakuan atas kerja keras kita semua. Semoga budaya kita terus hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi,” ujarnya. 



Syafaruddin menambahkan, setelah penetapan ini, kami akan melakukan kajian komprehensif terhadap sampan apolo, terutama mengenai ukuran, panjang, dan lebarnya.



“Perbandingan itu menjadi penting karena disinilah letak filosopi dari sampan tersebut,” ujarnya. (tc/Dinas Kominfo).



Bidang Pengelolaan Informasi dan Saluran Komunikasi Publik